Minggu, 10 Juli 2011

80% hasil yang kita peroleh, datang dari 20% kerja kita

Produktivitas 4 Kali Lipat

Produktivitas 4 Kali Lipat? “Yang bener ah?”. Jangan protes dulu. Anda boleh percaya boleh juga tidak, tetapi silahkan baca artikel ini. Artikel ini mungkin akan membuka mata Anda, bahwa Anda sebenarnya bisa melipat gandakan produktivitas Anda sampai 4 kali lipat.

Quote:
Artinya, selama ini kebanyakan orang hanya memiliki produktivitas 25% dari produktivitas maksimum yang bisa diraih. Artinya kita menyia-nyiakan produktivitas hidup kita sampai 75% dalam hidup kita selama ini. Tidak terima? Terserah Anda. Jika Anda ingin meningkatkan produktivitas Anda, silahkan baca artikel ini.

Mungkin Anda pernah mendengar Prinsip Pareto? Prinsip Pareto (aka Aturan Pareto/Hukum Pareto) mengatakan:

Quote:

"Roughly 80% of the effects come from 20% of the causes." Sumber: Wikipedia


80% efek datang dari 20% penyebab. Dari mana angka ini? Menurut penemunya, angka ini datang dari data statistik. Memang tidak selalu 80-20, bisa juga 90-10, 70-30, dan sebagainya. Namun angka yang paling banyak ditemukan adalah 80-20.
Quote:
Prinsip pareto banyak diaplikasikan dalam berbagai bidang, termasuk masalah manajemen kualitas dan produktivitas di perusahaan. Dan, prinsip ini sudah terbukti efektif, makanya terus digunakan sampai sekarang.

Ini juga berlaku untuk pekerjaan kita. Artinya 80% hasil yang kita peroleh, datang dari 20% kerja kita. Untuk lebih jelasnya coba lihat gambar dibawah:


Misalnya pekerjaan Anda dibagi menjadi 5 group, A, B, C, D, dan E masing-masing 20%. Menurut prinsip pareto, hanya 20% pekerjaan yang memberikan hasil 80%, misalnya pekerjaan group A. Sementara total dari pekerjaan B, C, D, dan E hanya menghasilkan 20% hasil.

Sekarang: bagaimana jika waktu yang kita miliki untuk pekerjaan B, C, D, dan E kita gunakan untuk mengerjakan pekerjaan A? Hasilnya: produktivitas Anda akan naik 400%. Coba lihat gambar dibawah ini:


Jelas terlihat… produktivitas bisa naik sampai 400% jika Anda mau menyingkirkan 80% pekerjaan Anda yang memberikan hasil rendah diganti dengan pekerjaan yang memberikan hasil tinggi.

“Ini kan cuma teori…”

Saya sudah katakan diatas, bahwa angka 80-20 itu diambil dari data statistik yang berlaku terus menerus. Artinya diambil dari data empiris (kenyataan), bukan teori. Mungkin… Anda tidak bisa benar-benar mencapai 400%, bagaimana jika setengah saja, 200%? Bukankah sudah bagus?

Atau… Anda juga bisa memilih untuk mengurangi waktu kerja dan digunakan untuk hal lain. Misalnya untuk ibadah, keluarga, dan dakwah. Produktivitas Anda tetap tidak turun dan aspek kehidupan Anda yang lain pun tidak terabaikan. Coba lihat gambar dibawah:


Masih mengatakan tidak punya waktu? Jangan buru-buru mengatakan tidak punya waktu sebelum Anda menerapkan prinsip pareto dalam hidup Anda. Karena bisa saja sebenarnya Anda bisa menyisihkan 60% waktu untuk hal lain, tanpa menurunkan produktivitas Anda.

Lalu bagaimana aplikasinya? Bagaimana cara menerapkan prinsip pareto dalam kehidupan sehari-hari? Silahkan baca ini.


Quote:
Masalah utama dari prinsip ini : kita kerap tidak menyadarinya (atau meremehkannya). Selama ini kita cenderung terfokus ke bagian yang 20% itu.

Cobalah anda bersihkan 80% lantai yang penuh lumpur, kemudian tinggalkan 20% sisanya. Orang yang lewat akan bertanya : "Kenapa kok kamu tidak membersihkan yang 20% itu?". Mereka tidak mungkin berkata : "Hebat! Kamu sudah membersihkan 80% lantai!"

Quote:
Pernahkah anda berpikir bagaimana jika sebelumnya orang itu melihat lumpur dan disuruh untuk membersihkan semuanya sampai bersih 100%.pasti dalam pikirannya langsung terbersit kata "malas"

Lalu bagaimana jika dia disuruh untuk membersihkan lumpur itu semampunya seikhlasnya, pasti dia akan bilang "ya" tanpa berpikir panjang

Prinsip ini juga yang mengingatkan saya kepada kehidupan. Sadarkah kita bahwa 80% kehidupan kita sehari-hari itu sebenarnya penuh dengan hal-hal baik, sementara 20% sisanya tidak? Namun jika dalam satu hari kita melayani 4 konsumen yang ramah dan 1 konsumen yang menyebalkan bukankah saat makan malam kita cenderung membahas yang 1 orang itu?

Terlalu banyak waktu, energi, pikiran, dan pembicaraan kita curahkan untuk mengurusi hal-hal kecil yang hanya 20% itu. Sementara itu hal-hal yang sebenarnya lebih besar kita abaikan.

Nah, pesan yang ingin saya sampaikan di sini adalah : Setiap kali anda merasa gelisah, cobalah pikirkan ulang apakah masalah itu benar-benar pantas mendapatkan kekhawatiran anda? Apakah benar masalah itu bernilai 80% dari waktu anda? Apakah kita membesar-besarkan masalah?

Lucunya, di dalam kebanyakan kasus yang pernah saya alami (memang tidak semuanya) ternyata pandangan saya berlebihan. Kita suka membuat masalah kecil kelihatan besar.

Sekarang coba pikirkan ada orang yang lupa mematikan televisi. Atau pikirkanlah seseorang yang menumpahkan nasi di dapur. Semakin lama dan semakin dalam kita pikirkan, sesuatu itu semakin kelihatan penting. Padahal sebenarnya nggak penting!

Dengan menghindari pikiran hal-hal buruk (yang sebenarnya hanya bagian kecil kehidupan), kita bisa mengurangi stress. Mulai sekarang pikirkanlah hal-hal yang baik. Jadikan hal-hal baik sebagai bahan pembicaraan, syukuri apa yang anda miliki, dan jangan biarkan masalah 20% itu mengusik hal-hal baik yang 80% dari hidup anda. Oke?

karena ada agan-sista yang ga ngerti, ane coba kasih contoh yang simpel ya:
Quote:
Simpel banget:

Pernah gak agan berpikir banyak orang yang punya motor baru, ada scrath/gores dikit langsung bingung gimana cara nutupinnya, beli stiker (buat mobil, udah bingung ganti cat ato bawa kebengkel biar mulus 100%), bukankah semisal kalo scrath 10% yang 90% masih mulus? lalu kenapa kita harus disibukkan bahkan mengeluarkan banyak uang untuk hal itu?

bayangkan berapa duit dan waktu yang terbuang buat hal ga begitu penting yang seharusnya bisa kita pake untuk bantu orang/amal (duitnya) atau hal2 yang lebih penting (waktunya)
Quote:

Contoh : Saya punya kupon bazaar 50 lembar. Bagaimana cara agar kupon tersebut terjual habis?

Cara 1 : menghubungi dan menghampiri semua kontak yang saya kenal lalu menawarkannya satu persatu, berharap banyak dari mereka akan membeli kupon bazaar saya.
Estimasi waktu : bisa berhari-hari
Efek samping : badan lelah luar biasa, kulit gosong, tangki bensin sepeda motor mesti diisi berulang-ulang.

Cara 2 : Berkunjung hanya ke rumah sanak famili (om, tante, eyang, mbah, kakek, saudara, sepupu, dsb) plus mengunjungi teman-teman dekat yang memiliki banyak kontak lalu menitipkan kupon tersebut, mungkin masing-masing 5 lembar kupon.
Estimasi waktu : sehari kira-kira beres.
Efek samping : terkadang diminta traktiran sama temen yang dititipin kupon

Mana yang lebih capek? Tentu cara nomor 1. Usaha yang diperlukan lebih besar dengan imbalan hasil yang kecenderungannya lebih sedikit bila dibanding cara 2. Dengan cara 2, maka kemungkinan kupon tersebut habis akan lebih besar. Sanak famili besar kemungkinan akan langsung membeli di tempat, setidaknya 1 kupon (karena kasihan hehe dan dengan menitipkan pada teman (misal masing-masing teman dititip 5 lembar) maka tugas akan terbagi. Tentu saja tidak begitu sulit menjualkan 5 kupon dibanding harus menjual 50 kupon sekaligus.
Quote:
ane udah nerapin gan dikerjaan ane (teknisi laptop)

"saat dalam sehari ane menerima servisan 6 laptop sekaligus ane akan kerjain yang bisa secepatnya diselesaikan, yang sekiranya sulit ane akan langsung serahin ke bagian pusat servis, sebab kalo dalam satu hari ane cuma fokus sama satu laptop yang lama pengerjaanya cuma karena rasa penasaran ato memenuhi rasa kepuasan bisa ngerjain semuanya seratus persen, yang laen akan terbengkalai.apakah Bos akan melihat kuantiti kerja kita bukan kualitas? menyelesaikan 5 laptop sehari masih lebih bagus daripada menumpuk 2-5 laptop laennya gara2 fokus ke 1 laptop"
Quote:



jadi inget kata-kata yang sering terngiang ditelinga ane
"saat kamu berpikir menyelesaikan pekerjaan sesempurna mungkin dalam waktu terbatas, 30 pekerjaan hanya akan selesai beberapa saja, saat kamu berpikir "selesaikan dulu baru sempurnakan" 30 pekerjaan itu bisa selesai semua"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar